A.
Latar
Belakang
Di permukaan bumi terdapat berbagai
jenis hewan, baik hewan tanah, hewan darat maupun hewan laut. Hewan tersebut
mulai dari yang memiliki tulang belakang (vertebrata) sampai pada hewan yang
tidak memiliki tulang belakang (invertebrata). kita dapat melihat
keanekaragaman tersebut disekeliling kita disebabkan oleh perbedaan tempat
tinggal (habitat) mahluk tersebut, seperti misalnya jenis cacing yang ada pada
daerah pantai dengan jenis cacing yang ada pada daerah pegunungan, walaupun
satu spesies tetapi cacing tersebut mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut
dikarenakan bedanya habitat cacing tersebut. Pada serangga (insecta) terdapat
keragaman jenis dan kelimpahan tinggi yang disebabkan oleh kemampuan
reproduksinya yang tinggi, dan beberapa spesies mampu menghasilkan beberapa generasi
dalam satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan
tersebut bukan saja dari faktor habitatnya, tetapi terdapat 2 faktor yang dapat
mempengaruhinya, yaitu :
1. Faktor
Abiotik, yang meliputi : suhu, pH, air, cahaya matahari, angin
2. Faktor
biotik, meliputi : interaksi dengan mahluk hidup lainnya.
Cagar alam pangandaran mempunyai
berbagai fauna tanah, salah satunya yaitu terdapat berbagai jenis insecta atau
sering disebut dengan serangga. Serangga tanah memiliki struktur dari caput, thorax
dan abdomen dengan keunikan masing-masing. Keunikan itu disesuaikan sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh serangga tersebut salah satunya adalah
jenis makanan yang dikonsumsinya. Serangga tanah tersebut ada yang memakan
kotoran, memakan serangga lain dan memakan dedaunan yang ada. Perbedaan makanan
tersebut mengakibatkan serangga-serangga juga memiliki kesukaan terhadap jenis
rangsangan tertentu terutama jenis rangsangan bau dan permukaan dari suatu
material.
Serangga tanah akan mendatangi jenis
rangsangan yang disukainya, salah satu cara untuk menangkap serangga tersebut
adalah dengan menggunakan metode Pitfall Trap, yang dimana dengan menggunakan
metode ini dapat mengetahui jenis rangsangan yang disukai oleh serangga
tersebut. Pitfall trap ini dapat digunakan diarea terbuka sehingga tidak hanya
satu jenis fauna tanah saja yang dapat terperangkap, bisa beberapa jenis fauna
yang dapat terperangkap dalam pitfall trap tersebut. Metode pitfall trap ini
sangat besar keberhasilannya karena manusia tidak banyak terlalu ikut campur
tangan.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti mengambil judul “MENGIDENTIFIKASI
PHYLUM ARTRHOPODA DI DAERAH CAGAR ALAM PANGANDARAN DENGAN METODE PITFALL TRAP”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini
sebagai berikut : “Bagaimana mengidentifikasi phylum artrhopoda di daerah taman
wisata cagar alam pangandaran dengan metode pitfall trap?” Rumusan masalah
tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Apa saja jenis fauna tanah yang
terperangkap dalam pitfall trap tersebut?
2.
Apakah terdapat keragaman dalam phylum
artrophoda yang tertangkap pada pitfall
trap tersebut?
C.
Batasan
Masalah
Dikarenakan
keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik dari segi waktu, biaya, dan
kemampuan maka penelitian mengadakan batasan-batasan masalah yang akan diteliti
sebagai berikut :
1.
Penelitian hanya
dilakukan pada daerah Padang Rumput yang berada di Taman Wisata Cagar Alam Pangandaran.
2.
Dalam penelitian
ini peneliti hanya meneliti class insecta.
3.
Pencuplikan
dilakukan sebanyak dua kali.
D.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk
mengetahui hewan apa saja yang masuk kedalam perangkap pitfall trap tersebut.
2. Untuk
mengetahui keanekaragaman jenis insekta yang ada di daerah cagar alam
pangandaran.
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :
1. Bagi
peneliti dapat memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian
dilapangan.
2. Bagi
peneliti lain dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang menggunakan
metode pitfall trap.
3. Bagi
pembaca dapat menjadi pengetahuan tentang jenis-jenis insecta yang terdapat di
daerah cagar alam pangandaran.
F.
Tinjauan
Pustaka
Artrhopoda merupakan
hewan yang memiliki ciri pada kakinya yang beruas-ruas, berbuku serta berbuku,
buku-buku tersebut dapat pula terdapat pada tubuhnya. Tubuh artrhopoda termasuk
kedalam simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Struktur tubuh
Artrhopoda mempunyai segmen dengan jumlah yang bervariasi, dimana pada segmen
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas-ruas. Segmen bergabung membentuk
bagian tubuh kepala (kaput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Ciri lain dari
artrhopoda ialah adanya kutikula keras yang membentuk eskoskeleton,
eskoskeleton ini tidak dapat tumbuh mengikuti pertubuhan artrhopoda tetapi
setiap artrhopoda tersebut membesar akan diikuti dengan pelepasan eskoskeleton
lama dan pembentukan eskoskeleton baru, tahap pelepasan ini disebut dengan
tahap molting, misalnya pada kepiting.
Sistem syaraf
artrhopoda berupa sistem saraf tangga tali yang berada disepanjang sisi ventral
tubuhnya. Pada segmen bagian tubuhnya ada perbesaran tangga tali yang disebut
ganglia, ganglia berfungsi untuk mengatur refleks dan ganglia bagian anterior
yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Sistem pencernaannya
terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus dan anus. Pada mulutnya mempunyai
alat tambahan yang beragam misalnya pada belalang terdapat mandibula dan
maksila. Artrhopoda bernafas dengan insang, trakea atau paru-paru buku. Sistem
sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek dan ruang disekitar tubuh
yang disebut sinus.
Cara hidup artrhopoda
cukup beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensial atau simbiotik. Jenis
fauna ini dapat ditemukan disekitar kita, misalnya nyamuk, lalat, semut,
belalang, kupu-kupu serta lebah. Reprodeuksi artrhopoda dapa dilakukan dengan cara
seksual maupun aseksual yaitu dengan partogenesis (pembentukan individu baru
tanpa melalui tahap fertilisasi), individu yang dihasilkan bersifat steril. Organ reproduksi jantan dan
betina terpisah masing-masing mengahasilkan gamet pada individu baru
yang berbeda sehingga disebut dieosus (berumah dua).
Menurut Gunawan (2007:217) Artrhopoda
terbagi atas beberapa classis, yaitu :
Crustaceae, Arachnida, Myriapoda, dan Insecta.
1. Insecta
a. Ciri
- Ciri Umum
Secara umumnya dapat diketahui bahwa tubuh
Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput
memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk
(mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut
palpus. Insecta yang memiliki
sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki
anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat
spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan
alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu
alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem
sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Perkembangan Insecta dibedakan menjadi tiga :
1)
Ametabola adalah perkembangan
yang hanya berupa pertambahan ukuran sajatanpa perubahan wujud. Contohnya
kutu buku (Lepisma saccharina).
2)
Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang
tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi
ada organ yang belum muncul, misalnya
sayap. Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta
muda disebut nimfa. Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa (imago).
Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (Periplaneta
americana), jangkrik (Gryllus sp.),
dan walang sangit (Leptocorisa Acuta).
3) Holometabola
adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang
sangat berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva –
pupa – dewasa. Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa
kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekujur tubuhnya untuk
membentuk pupa.. Pupa berkembang menjadi
bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ
lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa
keluar dari pupa.Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk
b.
Klasifikasi
Insecta
Berdasarkan sayap, insecta dapat dibagi
menjadi dua sub kelas, yaitu:
1) Apterigota
(tidak bersayap), tubuh apterigota
berukuran kecil sekitar 0,5 cm dan memiliki
antena panjang. Umumnya berkembang secara ametabola. Contoh
hewan kelas ini adalah kutu buku.
2) Pterigota
(bersayap), merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari tonjolan luar
dinding tubuh yang disebut Eksopterigota. Kelompok
lain yang sayapnya berasal dari tonjolan
dalam dinding tubuh disebut Endopterigota.
Eksopterigota
dibedakan menjadi beberapa ordo bedasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya:
-
Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit. Misalnya
kecoa, jangkrik, dan gansir.
-
Hemiptera
memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang. Contohnya walang sangit (Leptocorisa acuta) dan kutu busuk (Cymex rotundus).
-
Homoptera
memiliki dua pasang yang sama panjang. Contohnya
wereng coklat (Nilaparvata
lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus).
-
Odonata memiliki
dua pasang sayap seperti jala. Contohnya capung (Pantala).
Endopterigota
dibedakan menjadi:
-
Coleptera
memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal. Misalnya kumbang
tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu
gabah (Rhyzoperta diminica).
-
Hymenoptera
memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan sayap depan lebih besar daripada sayap belakang. Misalnya
semut rangrang (Oecophylla saragillina),
semut hitam (Monomorium sp), lebah madu
(Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes).
-
Diptera hanya
memiliki sepasang sayap.Misalnya
nyamuk (Culex sp), nyamuk malaria (Anopheles sp), nyamuk demam berdarah (Aedes
aegypti), lalat rumah (Musca
domestica), lalat buah (Drosophila
melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina
palpalis)
-
Lepidoptera memiliki
dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulutmengisap. Misalnya
kupu-kupu sutera (Bombyx mori) dan
kupu-kupu elang (Acherontiaatropos).
c. Peranan
Insecta bagi Manusia
Banyak insecta yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk
limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan
maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai
ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
2. Crustacea
a. Ciri-ciri
umum
Secara
umum Crustacea mempunyai ciri-ciri:
·
Kulit keras sebagai eksoskeleton, karena
tersusun atas zat kitin / zat tanduk.
·
Hidup menempel pada dasar perairan.
·
Peredaran darahnya terbuka.
·
Mempunyai mata yang berkembang baik.
·
Alat pencernaannya lengkap.
·
Alat ekskresinya berupa kelenjar hijau.
·
Bereproduksi secara seksual dengan alat
kelamin terpisah.
·
Dalam aktifitas pertumbuhannya mengalami
pergantian kulit.
b. Klasifikasi
Crustacea
terbagi atas lima ordo, yaitu :
·
Branhiopoda, tubuhnya kecil 2 mm – 10
cm, warna pucat dan transparan, bergarak dengan antena, hidup di air atawar.
Contohnya adalah Dapnia dan Notostraca.
·
Ostracoda, tubuh kecil hanya beberapa
mm, bergerak dengan menggunakan antena kedua, hidup diair tawar dan laut.
Contohnya adalah Candona dan Agrenocythere.
·
Copepoda, tubuh dapa dibedakan kepala,
dada dan perut, tidak mempunyai mulut tetapi mempunyai alat isap, hidup parasit
hewan atau tumbuhan, air tawar dan laut. Contohnya Cycclops dan Panella.
·
Cirripeda, bentuk tubuhnya seperti
kerang, hidup diuar sebagai parasit dan ada yang bebas sebagai bernakel
(terintip), banayk dijumpai didasar kapal, dasar tiangyang terpanjang dilaut.
Contohnya Sacculina.
·
Branchiura, habitatnyaa dia ir tawar dan
air laut. Kebanyakan hidupnya paraasit pada hewan air. Kepala dan dada
terlindung oleh karapaks. Contohnya Argulus.
3. Arachnida
a. Ciri-ciri
umum :
·
Tubuh terdiri atas sefalotoraks dan
perut.
·
Mempunyai dua pasang alat mulut, yaitu
kelisera dan pedipalpus.
·
Memiliki empat pasang kaki pada
sefalotoraks.
·
Peredaran darah terbuka.
·
Alat pernafasan berupa paru-paru buku.
·
Alat ekskresi berupa pembuluh malpighi.
·
Sistem syaraf berupa ganglion otak dan
simpul syaraf.
·
Tidak mempunyai antena dan memiliki
delapn mata.
·
Habitat didarat dan ada beberapa yang
parasit.
b. Kalsifikasi
Berdasarkan
segmentasi pada abdomennya dibagi atas tiga ordo, yaitu :
·
Scorpionida (kala), perut panjang dan
bersegmen, pada segmen terkahir berfungsi sebagai alat sengat, memiliki
kelisera yang kecil dan pendipalpusnya cukup besar. Contohnya kalajengking.
·
Arachnida (laba-laba), abdomen tidak
bersegmen, pada bagian paling belakang abdomennya terdapat alat yang berfungsi
untuk mensekresikan benang-benang yang berguna untuk membangun jaring-jaring
sebagai perangkap mangsa dan sebagai sarang serta untuk membentuk kokon
(pembungkus telur) bagian ini disebut spinnet. Contohnya adalah laba-laba.
·
Acarina (caplak), abdomennya bersatu
dengan sefalothoraks, berukuran kecil, da tidak bersegmen. Hidup secara parasit
dan bernafas dengan menggunakan seluruh permukaan tubuhnya. Contohnya caplak.
4. Myriapoda
a. Ciri-ciri
umum
·
Tubuhnya terdiri atas bagian kepala dan
ruas-ruas yang tidak dapat dibedakan menjai bagian thoraks dan abdomen, ruas
tubuhnya 10 – 200 segmen.
·
Setiap segmen tubuhnya mempunyai kaki
yang beruas-ruas, kecuali segmen terakhir kakinya berubah menjadi kaki caakar
beracun untuk membunuh mangsanya yang disebut Pedes maksillaris.
·
Alat indera berupa sepasang mata tunggal
dan sepasang antena.
·
Alat pernafasan berupa trakea.
·
Alat ekskresinya berupa pembuluh
malpighi.
·
Merupakan hewan karnivora buas,
makanannya berupa binatang kecil
·
Habitatnya di darat.
b. Kalsifikasi
Berdasarkan
jumlah kaki pada setiap segmen tubuh dan bentuk tubuhnya dibedakan menjadi dua
ordo, yaitu :
·
Chilopoda, contohnya kelabang.
·
Diplopoda, contohnya kaki seribu.
G.
Metodelogi
Penelitian
Metode
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berarti
prosedur pemecahan masalah yang di teliti yaitu dengan menggambarkan atau
menuliskan keadaan objek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak.selain itu penelitian ini,memusatkan perhatian pada masalah-masalah
aktual dan mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh, walaupun pada
dasarnya penggeneralisasiannya sangat terbatas (Nazir,1988 :63).
1. Definisi Operasional
a)
Insecta secara
umumnya dapat diketahui bahwa tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian,
yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik,
yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal
(oseli). Kemampuan reprodeksi insekta sangat tinggi sehingga terdapat
kelimpahan dan keragaman jenis bahkan dalam setahun mampu menghasilkan beberapa
generasi.
b)
Pitfall trap, menurut
Safrinet (2000) Pitfall Trap adalah suatu jebakan yang menggunakan gelas
plastik yang di tanam didalam tanah yang digunakan untuk menjebak burung atau
serangga yang tidak terbang khususnya kumbang, laba-laba, belalang dan yang
hidup diatas permukaan tanah. Gelas ditempatkan di lubang yang rata dengan
tanah. Dalam perangkap diisi dengan suatu larutan yang mampu membunuh dan
mengawetkan serangga yang terjebak. Penambahan umpan kedalam jebakan bisa
membuat jebakan semakin efektif. Tipe jenis umpan bergantung spesimen apa yang
ingin didapatkan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskritif
dengan tehnik menggunakan sampel dengan metode pit fall trap.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 7 – 8 Juni 2012 yang bertempat di Taman Wisata Cagar
Alam Pangandaran.
4. Alat dan Bahan
a.
Alat
·
Gelas plastik / kaleng bekas
·
Plastik transparan
·
Kertas label
·
Penutup atap
·
Tali rapia
·
Senter
·
Tusuk sate
b.
Bahan
·
Larutan Alkohol 70 %
·
Deterjen
·
Air
5. Langkah Kerja
1. Menentukan
titik penempatan jebakan.
2. Membuat
lubang di tanah sebesar mulut gelas jebakan.
3. Meletakkan
air deterjen pada setiap gelas plastik sebagai umpan.
4. Menutup
gelas plastik yang telah diberi umpan dengan jarak 5 cm dengan tutupnya dan
menggunakan kawat sebesar 10 cm sebagai penyangga.
5. Meletakkan
gelas yang telah diberi umpan ke dalam tanah dan pastikan mulut botol telah
rata dengan tanah.jarak antara satu gelas dengan gelas lainnya adalah satu
meter.
H.
Pengolahan
data
Pengelolaan data
dilakukan dengan cara mencocokkan jenis hewan yang ditemukan dengan kunci
determinasi.
I.
Tahap-Tahap
Penelitian
1. Tahap
Persiapan
a. Studi
literature mengenai masalah yang akan diteliti.
b. Menentukan
permasalahan penelitian.
c. Menentukan
tempat.
d. Menyusun
proposal penelitian.
e. Perbaikan
proposal penelitian.
2. Tahap
Pelaksanaan
Prosedur
yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melakukan penelitian langsung ke taman
cagar alam wisata pangandaran.
3. Tahap
Akhir
a. Pengolahan
data hasil penelitian.
b. Penyusunan
proposal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar