Minggu, 17 Juni 2012

tugas proposal ekologi hewan


A.    Latar Belakang
Di permukaan bumi terdapat berbagai jenis hewan, baik hewan tanah, hewan darat maupun hewan laut. Hewan tersebut mulai dari yang memiliki tulang belakang (vertebrata) sampai pada hewan yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata). kita dapat melihat keanekaragaman tersebut disekeliling kita disebabkan oleh perbedaan tempat tinggal (habitat) mahluk tersebut, seperti misalnya jenis cacing yang ada pada daerah pantai dengan jenis cacing yang ada pada daerah pegunungan, walaupun satu spesies tetapi cacing tersebut mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut dikarenakan bedanya habitat cacing tersebut. Pada serangga (insecta) terdapat keragaman jenis dan kelimpahan tinggi yang disebabkan oleh kemampuan reproduksinya yang tinggi, dan beberapa spesies mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut bukan saja dari faktor habitatnya, tetapi terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu :
1.      Faktor Abiotik, yang meliputi : suhu, pH, air, cahaya matahari, angin
2.      Faktor biotik, meliputi : interaksi dengan mahluk hidup lainnya.
Cagar alam pangandaran mempunyai berbagai fauna tanah, salah satunya yaitu terdapat berbagai jenis insecta atau sering disebut dengan serangga. Serangga tanah memiliki struktur dari caput, thorax dan abdomen dengan keunikan masing-masing. Keunikan itu disesuaikan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh serangga tersebut salah satunya adalah jenis makanan yang dikonsumsinya. Serangga tanah tersebut ada yang memakan kotoran, memakan serangga lain dan memakan dedaunan yang ada. Perbedaan makanan tersebut mengakibatkan serangga-serangga juga memiliki kesukaan terhadap jenis rangsangan tertentu terutama jenis rangsangan bau dan permukaan dari suatu material.
Serangga tanah akan mendatangi jenis rangsangan yang disukainya, salah satu cara untuk menangkap serangga tersebut adalah dengan menggunakan metode Pitfall Trap, yang dimana dengan menggunakan metode ini dapat mengetahui jenis rangsangan yang disukai oleh serangga tersebut. Pitfall trap ini dapat digunakan diarea terbuka sehingga tidak hanya satu jenis fauna tanah saja yang dapat terperangkap, bisa beberapa jenis fauna yang dapat terperangkap dalam pitfall trap tersebut. Metode pitfall trap ini sangat besar keberhasilannya karena manusia tidak banyak terlalu ikut campur tangan. 
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul “MENGIDENTIFIKASI PHYLUM ARTRHOPODA DI DAERAH CAGAR ALAM PANGANDARAN DENGAN METODE PITFALL TRAP”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana mengidentifikasi phylum artrhopoda di daerah taman wisata cagar alam pangandaran dengan metode pitfall trap?” Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.        Apa saja jenis fauna tanah yang terperangkap dalam pitfall trap tersebut?
2.        Apakah terdapat keragaman dalam phylum artrophoda  yang tertangkap pada pitfall trap tersebut?

C.    Batasan Masalah
Dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, baik dari segi waktu, biaya, dan kemampuan maka penelitian mengadakan batasan-batasan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1.      Penelitian hanya dilakukan pada daerah Padang Rumput yang berada di Taman Wisata Cagar Alam Pangandaran.
2.      Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti class insecta.  
3.      Pencuplikan dilakukan sebanyak dua kali.




D.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1.      Untuk mengetahui hewan apa saja yang masuk kedalam perangkap pitfall trap tersebut.
2.      Untuk mengetahui keanekaragaman jenis insekta yang ada di daerah cagar alam pangandaran.

E.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :
1.      Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan penelitian dilapangan.
2.      Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang menggunakan metode pitfall trap.
3.      Bagi pembaca dapat menjadi pengetahuan tentang jenis-jenis insecta yang terdapat di daerah cagar alam pangandaran.

F.     Tinjauan Pustaka
Artrhopoda merupakan hewan yang memiliki ciri pada kakinya yang beruas-ruas, berbuku serta berbuku, buku-buku tersebut dapat pula terdapat pada tubuhnya. Tubuh artrhopoda termasuk kedalam simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Struktur tubuh Artrhopoda mempunyai segmen dengan jumlah yang bervariasi, dimana pada segmen tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas-ruas. Segmen bergabung membentuk bagian tubuh kepala (kaput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Ciri lain dari artrhopoda ialah adanya kutikula keras yang membentuk eskoskeleton, eskoskeleton ini tidak dapat tumbuh mengikuti pertubuhan artrhopoda tetapi setiap artrhopoda tersebut membesar akan diikuti dengan pelepasan eskoskeleton lama dan pembentukan eskoskeleton baru, tahap pelepasan ini disebut dengan tahap molting, misalnya pada kepiting.
Sistem syaraf artrhopoda berupa sistem saraf tangga tali yang berada disepanjang sisi ventral tubuhnya. Pada segmen bagian tubuhnya ada perbesaran tangga tali yang disebut ganglia, ganglia berfungsi untuk mengatur refleks dan ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Sistem pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus dan anus. Pada mulutnya mempunyai alat tambahan yang beragam misalnya pada belalang terdapat mandibula dan maksila. Artrhopoda bernafas dengan insang, trakea atau paru-paru buku. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek dan ruang disekitar tubuh yang disebut sinus.
Cara hidup artrhopoda cukup beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensial atau simbiotik. Jenis fauna ini dapat ditemukan disekitar kita, misalnya nyamuk, lalat, semut, belalang, kupu-kupu serta lebah. Reprodeuksi artrhopoda dapa dilakukan dengan cara seksual maupun aseksual yaitu dengan partogenesis (pembentukan individu baru tanpa melalui tahap fertilisasi), individu yang dihasilkan  bersifat steril. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah masing-masing mengahasilkan gamet pada individu baru yang berbeda sehingga disebut dieosus (berumah dua).
Menurut Gunawan (2007:217) Artrhopoda terbagi  atas beberapa classis, yaitu : Crustaceae, Arachnida, Myriapoda, dan Insecta.
1. Insecta
a.       Ciri - Ciri Umum
Secara umumnya dapat diketahui bahwa tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki sayap pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Perkembangan Insecta dibedakan menjadi tiga :
1)      Ametabola adalah perkembangan yang hanya berupa pertambahan ukuran sajatanpa perubahan wujud. Contohnya kutu buku (Lepisma saccharina).
2)      Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut nimfa. Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa (imago). Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (Periplaneta americana), jangkrik (Gryllus sp.), dan walang sangit (Leptocorisa Acuta).
3)      Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sangat berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa. Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekujur tubuhnya untuk membentuk pupa.. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa.Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk
b.      Klasifikasi Insecta
Berdasarkan sayap, insecta dapat dibagi menjadi dua sub kelas, yaitu:
1)      Apterigota (tidak bersayap), tubuh apterigota berukuran kecil sekitar 0,5 cm dan memiliki antena panjang. Umumnya berkembang secara ametabola. Contoh hewan kelas ini adalah kutu buku.
2)      Pterigota (bersayap), merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari tonjolan luar dinding tubuh yang disebut Eksopterigota. Kelompok lain yang sayapnya berasal dari tonjolan dalam dinding tubuh disebut Endopterigota.
Eksopterigota dibedakan menjadi beberapa ordo bedasarkan tipe sayap, mulut, dan metamorfosisnya:
-          Orthoptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang sempit. Misalnya kecoa, jangkrik, dan gansir.
-          Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang. Contohnya walang sangit (Leptocorisa acuta) dan kutu busuk (Cymex rotundus).
-          Homoptera memiliki dua pasang yang sama panjang. Contohnya wereng coklat (Nilaparvata lugens), kutu daun (Aphis), dan kutu kepala (Pediculus humanus).
-          Odonata memiliki dua pasang sayap seperti jala. Contohnya capung (Pantala).
Endopterigota dibedakan menjadi:
-          Coleptera memiliki dua pasang sayap dengan sayap depan yang keras dan tebal. Misalnya kumbang tanduk (Orycies rhinoceros) dan kutu gabah (Rhyzoperta diminica).
-          Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang seperti selaput, dengan sayap depan lebih besar daripada sayap belakang. Misalnya semut rangrang (Oecophylla saragillina), semut hitam (Monomorium sp), lebah madu (Apis indica), dan tawon (Xylocopa latipes).
-          Diptera hanya memiliki sepasang sayap.Misalnya nyamuk (Culex sp), nyamuk malaria (Anopheles sp), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat rumah (Musca domestica), lalat buah (Drosophila melanogaster), dan lalat tse-tse (Glossina palpalis)
-          Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus dan tipe mulutmengisap. Misalnya kupu-kupu sutera (Bombyx mori) dan kupu-kupu elang (Acherontiaatropos).
c.       Peranan Insecta bagi Manusia
Banyak insecta yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi, penghasil madu (dari genus Apis) dll.
2.      Crustacea
a.       Ciri-ciri umum
Secara umum Crustacea mempunyai ciri-ciri:
·         Kulit keras sebagai eksoskeleton, karena tersusun atas zat kitin / zat tanduk.
·         Hidup menempel pada dasar perairan.
·         Peredaran darahnya terbuka.
·         Mempunyai mata yang berkembang baik.
·         Alat pencernaannya lengkap.
·         Alat ekskresinya berupa kelenjar hijau.
·         Bereproduksi secara seksual dengan alat kelamin terpisah.
·         Dalam aktifitas pertumbuhannya mengalami pergantian kulit.
b.      Klasifikasi
Crustacea terbagi atas lima ordo, yaitu :
·         Branhiopoda, tubuhnya kecil 2 mm – 10 cm, warna pucat dan transparan, bergarak dengan antena, hidup di air atawar. Contohnya adalah Dapnia dan Notostraca.
·         Ostracoda, tubuh kecil hanya beberapa mm, bergerak dengan menggunakan antena kedua, hidup diair tawar dan laut. Contohnya adalah Candona dan Agrenocythere.
·         Copepoda, tubuh dapa dibedakan kepala, dada dan perut, tidak mempunyai mulut tetapi mempunyai alat isap, hidup parasit hewan atau tumbuhan, air tawar dan laut. Contohnya Cycclops dan Panella.
·         Cirripeda, bentuk tubuhnya seperti kerang, hidup diuar sebagai parasit dan ada yang bebas sebagai bernakel (terintip), banayk dijumpai didasar kapal, dasar tiangyang terpanjang dilaut. Contohnya Sacculina.
·         Branchiura, habitatnyaa dia ir tawar dan air laut. Kebanyakan hidupnya paraasit pada hewan air. Kepala dan dada terlindung oleh karapaks. Contohnya Argulus.

3.      Arachnida
a.       Ciri-ciri umum :
·         Tubuh terdiri atas sefalotoraks dan perut.
·         Mempunyai dua pasang alat mulut, yaitu kelisera dan pedipalpus.
·         Memiliki empat pasang kaki pada sefalotoraks.
·         Peredaran darah terbuka.
·         Alat pernafasan berupa paru-paru buku.
·         Alat ekskresi berupa pembuluh malpighi.
·         Sistem syaraf berupa ganglion otak dan simpul syaraf.
·         Tidak mempunyai antena dan memiliki delapn mata.
·         Habitat didarat dan ada beberapa yang parasit.
b.      Kalsifikasi
Berdasarkan segmentasi pada abdomennya dibagi atas tiga ordo, yaitu :
·         Scorpionida (kala), perut panjang dan bersegmen, pada segmen terkahir berfungsi sebagai alat sengat, memiliki kelisera yang kecil dan pendipalpusnya cukup besar. Contohnya kalajengking.
·         Arachnida (laba-laba), abdomen tidak bersegmen, pada bagian paling belakang abdomennya terdapat alat yang berfungsi untuk mensekresikan benang-benang yang berguna untuk membangun jaring-jaring sebagai perangkap mangsa dan sebagai sarang serta untuk membentuk kokon (pembungkus telur) bagian ini disebut spinnet. Contohnya adalah laba-laba.
·         Acarina (caplak), abdomennya bersatu dengan sefalothoraks, berukuran kecil, da tidak bersegmen. Hidup secara parasit dan bernafas dengan menggunakan seluruh permukaan tubuhnya. Contohnya caplak.

4.      Myriapoda
a.       Ciri-ciri umum
·         Tubuhnya terdiri atas bagian kepala dan ruas-ruas yang tidak dapat dibedakan menjai bagian thoraks dan abdomen, ruas tubuhnya 10 – 200 segmen.
·         Setiap segmen tubuhnya mempunyai kaki yang beruas-ruas, kecuali segmen terakhir kakinya berubah menjadi kaki caakar beracun untuk membunuh mangsanya yang disebut Pedes maksillaris.
·         Alat indera berupa sepasang mata tunggal dan sepasang antena.
·         Alat pernafasan berupa trakea.
·         Alat ekskresinya berupa pembuluh malpighi.
·         Merupakan hewan karnivora buas, makanannya berupa binatang kecil
·         Habitatnya di darat.
b.      Kalsifikasi
Berdasarkan jumlah kaki pada setiap segmen tubuh dan bentuk tubuhnya dibedakan menjadi dua ordo, yaitu :
·         Chilopoda, contohnya kelabang.
·         Diplopoda, contohnya kaki seribu.

G.    Metodelogi Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang berarti prosedur pemecahan masalah yang di teliti yaitu dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan objek penelitian saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.selain itu penelitian ini,memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual dan mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh, walaupun pada dasarnya penggeneralisasiannya sangat terbatas (Nazir,1988 :63).
1.      Definisi Operasional
a)      Insecta secara umumnya dapat diketahui bahwa tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Kemampuan reprodeksi insekta sangat tinggi sehingga terdapat kelimpahan dan keragaman jenis bahkan dalam setahun mampu menghasilkan beberapa generasi.
b)      Pitfall trap, menurut Safrinet (2000) Pitfall Trap adalah suatu jebakan yang menggunakan gelas plastik yang di tanam didalam tanah yang digunakan untuk menjebak burung atau serangga yang tidak terbang khususnya kumbang, laba-laba, belalang dan yang hidup diatas permukaan tanah. Gelas ditempatkan di lubang yang rata dengan tanah. Dalam perangkap diisi dengan suatu larutan yang mampu membunuh dan mengawetkan serangga yang terjebak. Penambahan umpan kedalam jebakan bisa membuat jebakan semakin efektif. Tipe jenis umpan bergantung spesimen apa yang ingin didapatkan.

2.      Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif  dengan tehnik menggunakan sampel dengan metode pit fall trap.

3.      Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 – 8 Juni 2012 yang bertempat di Taman Wisata Cagar Alam Pangandaran.

4.      Alat dan Bahan
a.       Alat
·         Gelas plastik / kaleng bekas
·         Plastik transparan
·         Kertas label
·         Penutup atap
·         Tali rapia
·         Senter
·         Tusuk sate
b.      Bahan
·         Larutan Alkohol 70 %
·         Deterjen
·         Air

5.      Langkah Kerja
1.      Menentukan titik penempatan jebakan.
2.      Membuat lubang di tanah sebesar mulut gelas jebakan.
3.      Meletakkan air deterjen pada setiap gelas plastik sebagai umpan.
4.      Menutup gelas plastik yang telah diberi umpan dengan jarak 5 cm dengan tutupnya dan menggunakan kawat sebesar 10 cm sebagai penyangga.
5.      Meletakkan gelas yang telah diberi umpan ke dalam tanah dan pastikan mulut botol telah rata dengan tanah.jarak antara satu gelas dengan gelas lainnya adalah satu meter.

H.    Pengolahan data
Pengelolaan data dilakukan dengan cara mencocokkan jenis hewan yang ditemukan dengan kunci determinasi.

I.       Tahap-Tahap Penelitian
1.      Tahap Persiapan
a.       Studi literature mengenai masalah yang akan diteliti.
b.      Menentukan permasalahan penelitian.
c.       Menentukan tempat.
d.      Menyusun proposal penelitian.
e.       Perbaikan proposal penelitian.
2.      Tahap Pelaksanaan
Prosedur yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melakukan penelitian langsung ke taman cagar alam wisata pangandaran.
3.      Tahap Akhir
a.       Pengolahan data hasil penelitian.
b.      Penyusunan proposal.